Suket, atau yang
dalam bahasa Indonesia disebut rumput adalah tanaman liar yang bisa tumbuh
dimana saja, terutama di tempat yang lembab, namun tetap terkena cahaya
matahari. Suket bisa tumbuh di sawah, di halaman rumah, di tanah lapang, di
pinggir jalan, dan di berbagai tempat lainnya.
Bentuknya kecil, tidak
tumbuh tinggi, batangnya pun kecil, dan berdaun sempit. Kebanyakan orang
menganggapnya ilalang. Ya, ilalang pengganggu yang dianggap harus dibasmi. Tak
banyak orang yang meremehkan. Bahkan menginjak-injak hingga memangkasnya. Tapi
ia tetap berdiri dan mempertahankan diri. Apapun yang terjadi. Selama itu masih
bisa membuatnya tetap bertahan dan akar masih tertancap dalam tanah.
Suket berusaha
menunjukan bagaimana seseorang harus bisa bertahan dalam menghadapi apapun. Ya,
seperti suket. Yang selalu berusaha tetap tegar, dalam segala keadaan. Panas,
terik, hujan, badai, pangkasan manusia, dan berbagai terjangan lainnya. Suket
berusaha untuk selalu mempertahankan keberadaannya untuk tetap mewarnai dunia
dengan warna hijaunya yang menyejukkan.
Meskipun suket
selalu dianggap sebagai benalu dan beberapa orang bahkan menganggapnya sebagai perusak
pemandangan. Namun, suket tak pernah luput menunjukkan keberadaannya dengan segala
ketangguhannya untuk meraiih eksistensi dan pengakuan atas keberadaannya di
dunia.
Suket tidak akan
pernah marah ketika suket direndahkan, diinjak dan dianggap sebagai benalu.
Suket tetap berusaha dapat menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Suket sangat
mengerti akan dirinya yang memang kecil, lemah tak berdaya. Tak pernah mengeluh
meskipun tak pernah dianggap. Suket berusaha membagi kebahagian akan kehijauan
dirinya untuk mewarnai dunia.
Ketika suket
mulai mengering setelah dipangakas oleh para manusia. Suket tetap berusaha
memberikan manfaat. Misalnya dirangkai menjadi anyaman tikar, atau bahkan jika
ditangan seorang seniman wayang, suket yang telah mengering akan menjadi sebuah
tokoh wayang yang dapat manjadi lakon dalam pertunjukkan. Luar biasa!
Tokokh Cerita
dari Rerumputan, yaitu sang dalang Wayang Sukut juga mengatakan bahwa suket
adalah symbol semangat orang hidup, tetap harus tumbuh terus-menerus apapun
yang terjadi. Suket juga menjadi symbol filosofi bahwa hidup itu harus terus
berjalan. Suket menjadi perlambang ketabahan. Manusia itu tidak boleh rapuh dan
lemah. Analoginya, suket! Ya, suket bisa menjadi contohnya.
Batapapun
susahnya dan rumitnya hidup, anggaplah hidup itu seperti pelangi yang penuh
warna. Dengan berbagai cara kita menghadapinya. Seperti suket. Ia akan tetap
tumbuh meskipun manusia-manusia
menginjak dan memangkasnya.
Konsep pertunjukkan Wayang Suket adalah penyutradaraannya
lebih menstimulus setiap pemain untuk memunculkan gagasan-gasasannya, gaya
hidupnya, dst, diruang yang sudah diciptakan, ruang pelataran – Ki Slamet Gundono (dalang Wayang Suket).
Dilihat dari segi
pengambilan gambar, menarik, bagus dan menggambarkan secara utuh mengenai apa
yang diceritakan. Gambar dan narasi beriringan dan sesuai, sehingga orang yang
melihatpun akan mengerti tentang apa yang diceritakan di dalamnya. Ya analogi
dan filosofi tentang SUKET.
Inspirasi yang dilahirkan dari penayangan Cerita
dari Rerumputan adalah memotivasi hidup manusia. Dengan mengerti tentang
filosofi suket, sangat diharapkan bahwa seberat apapun cobaan dalam hidup,
sesulit apapun rintangan yang menghadang di depan mata, dan sebesar apapun
tantangan yang selalu mengiring, manusia harus dapat melewatinya dengan
ketangguhan yang dimiliki setiap orang. Tujuannya tidak lain adalah memotivasi
manuisa agar tidak mudah putus asa dengan apa yang ada dalam hidupnya. Selalu
melihatkebawah untuk dapat bersyukur dan selal melihat keatas untuk memotivasi
diri agar tidak cepat puas dengan apa yang telah dicapai. Hidup adalah bagaimana
kita berusaha dan bertahan dengan ketangguhan diri.
Pada dasarnya,
manusia tidak mempunyai keinginan untuk merusak, sebabnya adalahketidak
sengajaan atau karena keterdesakan segalaha. Hidup harus di hadapi dengan apa
adanya! - Ki Slamet Gundono
No comments:
Post a Comment