Monday 25 March 2013

Komponen dan Fungsi Kamera Sony PD 177



http://www.tiptopelectronics.co.uk/media/catalog/product/cache/1/image/800x800/9df78eab33525d08d6e5fb8d27136e95/p/d/pd177_1.jpg


Disini gue bakalan nyebutin dan sedikit ngejelasin tentang apa aja sih komponen dan fungsi standar dari kamera PD yang emang kita sebagai calon broadcaster harus dan wajib tau. Mari kita mulai dari bagian yang paling depan ke belakang dan dari bawah, ke atas!
Komponen dan Fungsi Kamera Sony PD 177:
      1.     Lens Hood
Lens hood punya fungsi utama buat ngelindungin yang namanya lensa. Bisa ngelindungin lensa dari cahaya, cahaya yang dimaksud adalah cahaya langsung yang kuat atau berlebih yang bisa ngerusak warna asli objek yang dibiasin, dalam hal ini, lens hood juga mencegah yang namanya kebocoran cahaya maupun ngelindungin lensa dari benturan, debu atau yang lainnya.
2.       Bukaan dan Penutup Lens Hood
Berfungsi untuk melindungi lensa dari debu atau goresan yang mungkin tidak sengaja. Karena lensa sangat rentan akan goresan. Tutup ketika telah selesai atau sedang tidak digunakan, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
3.       Zoom Ring
Berfungsi untuk mengatur zoom secara manual. Juga berfungsi untuk melebarkan/menempitkan ruang atau sudut pandang sesuai kebutuhan. Zoom Ring juga membantu dalam menentukan komposisi gambar yang sesuai dan diinginkan.
Selain zoom ring juga terdapat dua tombol zoom (W-T) lain yang letaknya menyesuaikan dengan penggunaan kamera. Kedua tombol ini digunakan untuk mendapatkan pergerakan zooming yang lebih halus dari penggunaan zoom ring. Namun kedua tombol zoom ini pergerakannya lebih lambat dari zoom ring yang bisa kita atur sendiri kecepatan pergerakan zooming-nya.
4.       Focus Ring
Berperan dalam mendapatkan kejelasan objek yang diambil. Kejelasan gambar atau objek yang diambil dapat diatur dari focus ring. Dalam hal mengatur fokus, manual focus lebih akurat dalam menentukannya. Fokus gambar tidak akan berubah kecuali kita yang mengubahnya. Lain halnya dengan auto focus.
Auto dan manual focus dapat diatur dari tombol yang ada pada bagian body kamera. Jika manual diaktifkan, berarti kita harus mencari sendiri menggunakan focus ring yang terdapat pada bagian lensa kamera. Namun jika auto focus yang diaktifkan, maka kamera akan mencari fokus sendiri. Fokus akan berubah ketika objek bergerak atau ada objek lain yang lebih dekat dengan kamera melintas. Dan ketika auto focus aktif, maka focus ring tidak akan berguna ketika diputar-putar.
Terdapat juga sebuah tombol fokus, yang jika ditekan, ia akan mencari fokus sendiri layaknya auto focus, namun pencarian fokus menggunakan tombol ini termasuk penggunaan focus secara manual, karena masih harus mencari fokusnya sendiri, hanya dengan cara yang lebih sederhana, hasilnyapun tidak sejelas ketika kita mengatur fokus dengan menggunakan focus ring.
5.       Iris Ring
Punya peranan yang sama layaknya diafragma yang ada pada kamera DSLR, yaitu mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke (lensa) kamera.
6.       Filter
Terdapat angka 1,2,3 dan off. Filter berguna untuk ‘menyaring’ cahaya yang masuk ke kamera. Angka-angka yang ada menunjukkan level ‘penyaring’ cahaya. Off digunakan jika cahaya yang masuk tidak melebihi kapasitas (tidak over), contohnya penggunaan kamera di dalam ruangan. Filter 1 digunakan jika sinar yang masuk sedikit berlebih. Misalnya ketika pengambilan gambar pagi hari di luar ruangan, ketika cahaya matahari masih bersahabat (belum terlalu terik). Semakin banyak angka filter, maka semakin gelap. Jadi filter 3 (paling gelap) digunakan jika memang keadaan cahaya benar-benar sangat melebihi kapasitas. Contohnya pengambilan gambar siang hari ketika matahari sedang terik-teriknya, maka kita menggunakan filter ke 3 untuk ‘menyaring’ cahaya yang masuk, sehingga gambar yang diambil dapat sesuai dengan warna asli objek, atau setidaknya mendekati.
7.       Gain
Atau juga disebut ISO pada DSLR. Jadi gain berfungsi untuk mengatur sensitivitas sensor pada kamera terhadap cahaya.
8.       White Balance  (WB)
Mengatur White Balance dengan menggunakan acuan warna putih bersih, seperti kertas atau sejenisnya sebelum mulai mengambil gambar, sehingga warna yang dihasilkan akan tepat dan sesuai dengan objek. WB bisa di reset dan diatur kembali.
9.       Input dan Output Audio
Di dalamnya terdapat seperangkat tombol yang dapat digunakan untuk mengatur audio. Bisa manual, juga bisa auto. Audio dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, terutama diatur jangan sampai suara yang dihasilkan pecah. Gunakan audio sebagai telinga kamera, sehingga audio (suara) yang dihasilkan sesuai dengan telinga kita dan enak untuk didengar.
10.   Scroll dari Menu
Gunanya untuk mengarahkan menu ke atas atau ke bawah, jika scroll ditekan maka sama dengan fungsi “OK”.
11.   Menu Kamera
Berisi menu-menu yang berfungsi untuk pengaturan kamera secara lebih lanjut. Didalamnya terdapat menu-menu yang dibutuhkan untuk menyetting/mengatur kamera secara lebih detil. Termasuk color bar dan lainnya.
12.   Lubang untuk memasang Mounting
Terletak dibagian bawah kamera. Berfungsi untuk meletakan dudukan/mounting kamera yang akan terpasang pada tripod.
13.   Tempat Kaset
Tempat media penyimpanan dimasukan untuk menyimpan hasil gambar. Penggunaan atau pengoprasiannya hanya dengan membuka tempat kasetnya, kemudian tunggu hingga mesinnya berjalan, naik lalu baru bisa meletakkan kasetnya. Begitu juga ketika akan mengeluarkan kaset. Tidak perlu dipaksa atau ditarik, karena sistem pengoperasiannya otomatis.
14.   View Finder
Berfungsi untuk melihat gambar atau objek yang diambil. Penggunaannya lebih irit baterai dibandingkan dengan melihat objek menggunakan LCD.
15.   Slot Baterai
Memasukkan baterai ketika memang diperlukan. Karena kamera juga bisa menyala tanpa baterai, namun tetap menggunakan asupan listrik. Penggunaan tersebut biasanya ketika di dalam ruangan untuk mengirit baterai.
16. LCD Kamera
Digunakan untuk mempermudah melihat gambar atau objek yang diambil, juga dapat membantu memperlihatkan pengaturan komposisi gambar. Bisa lebih leluasa dari pada melihat gambar dari view finder. Menu dan settingan lain seperti audio juga dapat terlihat pada LCD, sehingga mempermudah pengguna.
17.   Hendheld
Untuk mempermudah pengambilan gambar tanpa tripod. Handheld sudah didesain sedemikian rupa sehingga mempermudah penggunanya dalam memegang dan membaawa kamera ketika pengambilan gambar.
18.   Input Audio Eksternal
Terletak dibagian kanan dari kamera. Terdapat 2 slot untuk menginput audio eksternal jika diperlukan. Pengaturan audio terdapat pada tombol-tombol yang tertutup oleh penutup bening berbahan fiberglass di bagian kiri kamera yang telah dijelaskan diatas.

19.   Tombol Power dan Record

Tombol dengan letak yang telah didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan penggunanya untuk menggunakannya ketika posisi handheld tanpa tripod. Tombol power untuk menyalakan kamera dan record untuk merekam gambar. Masing-masing posisi handheld mempunyai tombol record dan bahkan tombol zoom in-zoom out sesuai dengan kebutuhan dan posisi handheldnya.
20.   Slot untuk Meletakkan Aksesoris
Terletak dibagian atas lensa. Fungsinya untuk meletakkan LED, Microphone, dll.
21.   Tombol Setting  dan  Review
Terdapat dibagian atas kamera. Berfungsi untuk pengaturan dan terdapat tombol review untuk menampilkan gambar yang telah direkam. Tombol-tombol diatas didesain untuk mempermudah penggunanya.

22.   Audio Internal
Audio yang sudah menempel secara langsung pada kamera. Letaknya dibagian atas lensa. Terkadang sangat sensitif, tergantung pada settingnnya. Jika audio internalnya masih kurang memuaskan hasilnya. Bisa ditambah dengan audio eksternal yang slotnya juga telah tersedia, untuk hasil audio yang lebih bagus.
Oke, itu tadi sedikit ulasan gue tentang komponen dan fungsi dari kamera Sony PD 177. Semoga bermanfaat, dan maaf kalo salah penyebutan nama perangkat dan fungsi. Mohon koreksi dan selamat membaca. Terimakasih.

Titik Berujung Koma


Temen-temennya manggil dia Titik. Lengkapnya bukan Satu Titik Dua Koma, tapi Oneira Noktah Saintly. Emang kayaknya ga nyambung banget sama panggilannya. Tapi kalo udah ditelaah, nyambung kok. Orang tuanya ngasih nama juga ga sembarangan. Pertama, Oneira diambil dari kata “oneiroi”. Pasti pada penasaran sama Oneiroi ya? Sekilas kayak nama atau bahasa Jepang. Nyatanya bukan, Oneiroi ada dalam mitologi Yunani. Oneiroi sendiri adalah dewa-dewa mimpi. Terus, Noktah itu arti juga nama lain dari titik. Titik, biasanya ada di akhir, nah si Noktah, eh Titik ini kebetulan adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Jadi ‘noktah’ itu bisa juga difilosofiin sebagai arti dari anak bontot (bungsu). Dan terakhir, Saintly, kalo nyari di kamus sih artinya suci, baik dan saleh. Jadi arti namanya itu titik (dari dewa-dewa) mimpi yang suci dan baik. Harapan ngucur deres dari namanya itu.
Noktah, nama panggilan yang dikasih sama orang tuanya. Tapi temen-temennya ngrasa susah kalo disuruh manggil dia Noktah. Jadi, dari SMP jarang lagi ada yang manggil dia Noktah, kecuali orang tua, keluarga sama gurunya. Sebagai gantinya Titik jadi panggilannya. Not bad lah ya. Toh artinya sama. Si Noktah juga ga keberatan kok. Udah mulai kebiasa juga ngenalin diri pake nama Titik.
Pas masuk SMA, perkenalan.
“Oke, selamat pagi semuanya.” Sapa Titik ramah, ditambah senyum mempesona.
“Pagiiiii…..” Respon temen-temennya yang terpusat sama Titik.
“Kenalin nama gue Oneira Noktah Saintly. Panggil aja gue Titik kalo kalian ga mau susah manggil Noktah. Jangan dulu tanya kenapa ya. Nanti perkenalannya lanjut pribadi aja, oke?”
Senyum manisnya mengembang di bibir tipisnya. Semua diem, tapi ngebales senyum manis nan ramahnya. Kayak kena hipnotis.
Dia emang beruntung, cantik, tinggi, pinter trus punya orang tua yang bisa menuhin semua kebutuhannya bahkan keinginannya juga. Rasanya ga pernah dia kekurangan. Apa yang dia mau dia bisa dapetin kok. Tapi dia ga manfaatin itu, dia juga ga sombong kok. Dia easygoing, fleksibel, ramah pula. Makanya dari kecil dia udah punya banyak temen. Ampe iri, pengen kaya dia juga.
Persis kayak namanya. Entah sugesti atau sengaja ngerealisasiin apa yang ada di dalem namanya. Titik punya banyak mimpi yang ingin dia capai dan dapetin. Ia tuliskan semua dalam sebuah dream book. Kalo mimpinya udah kelaksana, satu per satu ia coret dan ia robek buat selanjutnya dimasukkin ke dalam sebuah kaleng bening, mungkin lebih cocok disebut toples. Emang ga terlalu gede ukurannya, tapi cukup lah buaut menampung lipatan-lipatan kertas dari mimpi-mimpi Titik. Titik nganggep mimpi itu sebagai motivator buat hidup dia. Terus kalo mimpinya gagal? Gak akan pernah ada kata nyerah buat ngewujudin sesuatu, itu yang ada di kamus Titik.
Cewek yang aktif dan kritis ini selalu  bisa nempatin dirinya kapanpun dan dimanapun. Jadi orang-orang disekitar dia bisa ngrasain yang namanya nyaman. Kecuali guru sama dosennya. Pertanyaan-pertanyaannya yang terlalu kritis kadang suka bikin guru sama dosennya kewalahan. Yaa, begitulah Titik. Ia akan mencari ujung permasalahan. Terutama permasalahannya. Harus sampe nemu ujungnya. Titik.
Gak ragu sebenernya kalo banyak cowok yang naksir atau cuman sekedar ngelirik. Tapi rata-rata mereka ciut sebelum ngutarain. Mungkin mereka juga takut dikritisi kali ya. Tapi tetep ada kok cowok yang bisa dan berani buat dampingin dia. Soulvino Putra Pambayun. Panggil aja Vino. Cowok ganteng yang cool nan kalem dengan sejuta pesona dan jutaan penggemar cewek. Sekalinya ngomong, bisa bikin cewek merinding. Udah kayak setan aja ya?
Vino, cowok yang tanpa show off kemampuannya pun dia udah punya kharisma. Kalem, ngomong seperlunya dan ga neko-neko. Mungkin itu yang bikin Titik nyaman sama Vino. Lengkaplah pokoknya kalo liat mereka berdua. Sempurna!
Balik lagi ke masalah dream book, Titik nulisin semua mimpi-mimpinya. Dari mimpi terkecil sampe mimpi terbesar dia. Mulai dari cuman pengen punya ini, pengen punya itu, sampai mimpi terbesar dia yaitu menjadi sosok yang ceria, riang, aktif, dicintai banyak orang dan sukses.
Hidupnya yang indah, aktif dan ceria adalah kehidupan Titik di alam komanya. Keadaan yang juga persis kayak apa yang dia pengenin di kehidupan nyatanya. Keadaan yang semestinya terjadi ketika ia berada dalam kehidupan nyata. Bukan hanya ilusi bukan hanya mimpi ditengah komanya.
Semua berawal ketika ulang tahunnya yang ke 17. Dengan keadaan orang tuanya yang memang dari keluarga berada, tak ayal rasanya kalo ulang tahunnya dirayain cukup mewah dengan sebuah hadiah istimewa dari orang tuanya. Gak heran, soalnya ini momen sweet seventeenth yang kata orang, inilah awal gerbang masuk ke dunia orang dewasa.  Mobil. Yaa, mobil mewah sebagai hadiahnya. Persis seperti yang Titik inginkan. Sayangnya ia belum mahir untuk mengendarainya.
Orang tuanya tidak punya waktu untuk mengajarinya mengendarai mobil secara intensif. Terlalu sibuk dengan kerjaan masing-masing. Solusinya, ketiga kakaknya bergantian untuk mengajarinya. Untungnya Titik termasuk cewek yang cerdas. Gak usah pake lama setelah Titik belajar nyetir, ia mulai memberanikan diri mengendarai sendiri mobil yang dihadiahkan untuknya. Lancar.
Sampai suatu ketika Titik ngalamin sebuah kecelakaan mobil yang cukup hebat. Kecelakaan yang membuat Titik tak sadarkan diri. Membuatnya merasa berat untuk bangun, bahkan cuman sekedar buka mata. Ia merasa tubuhnya lemah ga ada daya. Ga bisa ngerasain apa-apa. Lemes.
Titik terbangun dan tersadar di alam lain yang persis kayak kehidupan nyatanya, kayak bukan mimpi. Alam dimana ia bertemu Vino. Ya, Vino. Teman berbagi dan membangun mimpi dalam alamnya. Membangun kehidupan di alam komanya. Menjadikan mimpinya menjadi sebuah skenario dalam ketidak berdayaan untuk meraih kenyataan. Vino yang menguatkan dan Vino yang juga mencoba memperjuangkan.
Vino, yang ternyata juga dalam keadaan koma karena sakitnya. Koma dengan waktu yang sedikit lebih lama dari Titik. Mereka yang tak sengaja dipertemukan dalam alam yang berbeda dari kehidupan nyata. Mencoba saling menguatkan. mencoba mewujudkan mimpinya masing-masing sebelum akhirnya mereka kembali ke kehidupan nyata untuk memulai dan meneruskan apa yang mereka impikan atau kembali ke kehidupan kekal untuk melanjutkan mimpi mereka di surga.

Monday 18 March 2013

Suket, Rumput Liar yang Tangguh


Suket, atau yang dalam bahasa Indonesia disebut rumput adalah tanaman liar yang bisa tumbuh dimana saja, terutama di tempat yang lembab, namun tetap terkena cahaya matahari. Suket bisa tumbuh di sawah, di halaman rumah, di tanah lapang, di pinggir jalan, dan di berbagai tempat lainnya.
Bentuknya kecil, tidak tumbuh tinggi, batangnya pun kecil, dan berdaun sempit. Kebanyakan orang menganggapnya ilalang. Ya, ilalang pengganggu yang dianggap harus dibasmi. Tak banyak orang yang meremehkan. Bahkan menginjak-injak hingga memangkasnya. Tapi ia tetap berdiri dan mempertahankan diri. Apapun yang terjadi. Selama itu masih bisa membuatnya tetap bertahan dan akar masih tertancap dalam tanah.
Suket berusaha menunjukan bagaimana seseorang harus bisa bertahan dalam menghadapi apapun. Ya, seperti suket. Yang selalu berusaha tetap tegar, dalam segala keadaan. Panas, terik, hujan, badai, pangkasan manusia, dan berbagai terjangan lainnya. Suket berusaha untuk selalu mempertahankan keberadaannya untuk tetap mewarnai dunia dengan warna hijaunya yang menyejukkan.
Meskipun suket selalu dianggap sebagai benalu dan beberapa orang bahkan menganggapnya sebagai perusak pemandangan. Namun, suket tak pernah luput menunjukkan keberadaannya dengan segala ketangguhannya untuk meraiih eksistensi dan pengakuan atas keberadaannya di dunia.
Suket tidak akan pernah marah ketika suket direndahkan, diinjak dan dianggap sebagai benalu. Suket tetap berusaha dapat menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Suket sangat mengerti akan dirinya yang memang kecil, lemah tak berdaya. Tak pernah mengeluh meskipun tak pernah dianggap. Suket berusaha membagi kebahagian akan kehijauan dirinya untuk mewarnai dunia.
Ketika suket mulai mengering setelah dipangakas oleh para manusia. Suket tetap berusaha memberikan manfaat. Misalnya dirangkai menjadi anyaman tikar, atau bahkan jika ditangan seorang seniman wayang, suket yang telah mengering akan menjadi sebuah tokoh wayang yang dapat manjadi lakon dalam pertunjukkan. Luar biasa!
Tokokh Cerita dari Rerumputan, yaitu sang dalang Wayang Sukut juga mengatakan bahwa suket adalah symbol semangat orang hidup, tetap harus tumbuh terus-menerus apapun yang terjadi. Suket juga menjadi symbol filosofi bahwa hidup itu harus terus berjalan. Suket menjadi perlambang ketabahan. Manusia itu tidak boleh rapuh dan lemah. Analoginya, suket! Ya, suket bisa menjadi contohnya.
Batapapun susahnya dan rumitnya hidup, anggaplah hidup itu seperti pelangi yang penuh warna. Dengan berbagai cara kita menghadapinya. Seperti suket. Ia akan tetap tumbuh meskipun  manusia-manusia menginjak dan memangkasnya.
Konsep pertunjukkan Wayang Suket adalah penyutradaraannya lebih menstimulus setiap pemain untuk memunculkan gagasan-gasasannya, gaya hidupnya, dst, diruang yang sudah diciptakan, ruang pelataran – Ki Slamet Gundono (dalang Wayang Suket).
Dilihat dari segi pengambilan gambar, menarik, bagus dan menggambarkan secara utuh mengenai apa yang diceritakan. Gambar dan narasi beriringan dan sesuai, sehingga orang yang melihatpun akan mengerti tentang apa yang diceritakan di dalamnya. Ya analogi dan filosofi tentang SUKET.
 Inspirasi yang dilahirkan dari penayangan Cerita dari Rerumputan adalah memotivasi hidup manusia. Dengan mengerti tentang filosofi suket, sangat diharapkan bahwa seberat apapun cobaan dalam hidup, sesulit apapun rintangan yang menghadang di depan mata, dan sebesar apapun tantangan yang selalu mengiring, manusia harus dapat melewatinya dengan ketangguhan yang dimiliki setiap orang. Tujuannya tidak lain adalah memotivasi manuisa agar tidak mudah putus asa dengan apa yang ada dalam hidupnya. Selalu melihatkebawah untuk dapat bersyukur dan selal melihat keatas untuk memotivasi diri agar tidak cepat puas dengan apa yang telah dicapai. Hidup adalah bagaimana kita berusaha dan bertahan dengan ketangguhan diri.
Pada dasarnya, manusia tidak mempunyai keinginan untuk merusak, sebabnya adalahketidak sengajaan atau karena keterdesakan segalaha. Hidup harus di hadapi dengan apa adanya! - Ki Slamet Gundono




Wednesday 13 March 2013

Bersaudarakah Mereka?


“Selamat datang (di Indomaret/Alfamart), selamat berbelanja!”
Sapaan yang selalu gue terima tiap kali buka pintu kedua minimarket itu, dimanapun! Minimarket yang hampir selalu berdampingan. Udah hampir kayak gula ama semut terus perangko ama amplopnya. Heran! Bisa dipastiin dimana ada alfamart dibuka, pasti ada indomaret di deket alfamart itu. Sebaliknya juga, dimana ada indomaret dibuka, bisa dipastiin hampir selalu ada alfamart yang ikutan buka dengan jarak yang ga terlalu jauh. Entah apa maksudnya. Mungkin mau nunjukin begitulah ‘kerukunan’ di dunia bisnis, terutama waralaba, kayak mereka itu.
Atau mungkin bersaudarakah mereka? Entahlah. Tapi coba liat ikon mereka masing-masing. Hampir sama, mirip! Kayak kakak-adek. Sama-sama serangga unyu berantena dua (satu semut satunya lagi lebah) berbaju merah yang mungkin sengaja didesain buat narik perhatian calon pelanggan.
Ga cuman ikon, bahkan warna identitas mereka pun cuman beda satu garis warna. Yang satu merah-biru-kuning, satunya lagi merah-kuning. Produk-produk yang dijual juga sama. Bahkan mereka juga sama-sama produksi berbagai barang dengan brand mereka sendiri (air mineral, kapas, tisu, dll).
Masalah harga, Gue rasa mereka saling melengkapi. Ga semua lebih mahal di alfamart dan ga semua lebih murah di indomaret (tapi tetep lebih murah di toko kelontong, kecuali pas ada promo). Begitulah faktanya! Janjian kah? Apa malah mereka satu bapak? Haha.
Gampang banget nemuin kedua minimarket ini.ga perlu susah-payah nyarinya. Kalo kata temen gue malah “mereka itu ada dimana-mana”. Buat gue, saking banyaknya dan bercecerannya mereka di pinggir jalan, sampe bisa buat penanda jalan kalo lagi nyasar. Pinter deh milih tempat buka gerai! Kayak sengaja ngegampangin orang buat nemuin mereka. Ga mau resiko dong tentunya buat ngambil tempat yang sepi. Selalu di pinggir jalan raya yang emang sering dilewatin kendaraan dan gampang dijangkau.
Desain tempatnya juga sama. Diterangi banyak lampu neon biar kesannya mewah terus ditambah sama AC deh. Dimanapun dua minimarket itu, ya pasti tempatnya begitu. Pastinya juga ada tempat-tempat/rak-rak buat nyusun barang-barang eceran yang dijual. Kalo pas lagi ada promo, tempelan keterangan promo nempel disetiap rak, juga dipasang di plang depan gerai. Dibagian belakangnya ada semacem pintu buat akses ke gudang yang cuman boleh dimasukin sama karyawannya. Bagian depan deket pintu selalu ada minimal 1 kasir yang ngelayanin pembayaran.
Sekarang, beberapa gerai udah mulai nambahin fasilitas semacem kursi-kursi sama meja di depan gerai. Konsepnya kayak Sevel gitu. Jadi kayak bikin kafe mini. Produk yang dijual juga nambah. Ada burger siap makan, ada puddingnya, ada minuman soda yang bisa ambil sendiri, ada kopi yang bisa langsung seduh di tempat, dll. Udah kayak sevel-sevelan deh pokoknya.
Ohiya, buat slogannya sendiri intinya sama, bejanja hemat. Yang satu “mudah dan hemat”, satunya lagi “belanja puas harga pas”. Kalo buat gue, sebagai anak kost yang paling hobi ngecek harga paling murah (demi hemat duit bulanan), kedua minimarket itu justru ngejual barang dengan harga (sedikit) lebih mahal dari harga di pasaran, misalnya kantin, koperasi, toko kelontong bahkan supermarkel sekalipun. Maklum, yang namanya anak kost kayak gue ini agak perhitungan kalo masalah perbedaan harga. Beda Rp 100,00 aja jadi perhitungan. Haha. Tapi kalo udah urgent mah harga jadi nomer 2, yang penting barangnya ada.
Bisa jadi dengan banyak kemiripan yang gatau disengaja apa engga dan keberadaan mereka yang selalu deketan,  mereka bersaudara, atau mungkin malah satu bapak. Tapi? Apa iya? Ah, sudahlah, itu urusan mereka. Gue mah cuman jadi konsumen promo mereka saja.

Monday 11 March 2013

LARA BUMI ACEH

(Acehku Sayang)
DESKRIPSI FILM:

Dari film dokumenter Atjeh Lon Sayang ­(A film by: Syaiful H. Yusuf): Gempa yang disusul Tsunami, bencana luar biasa yang memporakporandakan Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Bencana ini membuat banyak dari penduduk dunia tercengang. Apalagi jika melihat berapa banyak korban jiwa yang terenggut ataupun hilang dan bagaimana cara mempertahankan diri. Ratusan bahkan ribuan bangunan kokoh runtuh, melebur dengan tanah yang basah tergenang air. Sebagian warga Aceh yang mempunyai pikiran positif akan mengatakan bahwa, semua itu adalah cobaan dari Allah SWT. Namun, sebagian lainnya yang memiliki pandangan berkebalikan, maka ia akan mengadu dan dan bahkan mengeluh dengan apa yang menimpa tanpa introspeksi diri.
Mereka yang menjadi korban sekaligus saksi hidup “Tsunami Aceh” hanya bisa tertegun melihat keporakporandaan yang ada disetiap dan sejauh pandangan mata. Mereka harus melihat ratusan manusia tak bernyawa mengapung dihadapan mereka, tanpa tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka harus melihat keadaaan yang terlalu pahit untuk diingat dikemudian hari. Acehku sayang Acehku malang. Mungkin itu yang terbesit dalam benak saksi-saksi hidup saat menyaksikan asinnya air laut menerjang daratan yang mengubah manisnya hidup menjadi sebuah kepahitan yang membekas.
Tipuan surutnya air laut yang menggiurkkan anak-anak pesisir pantai untuk memungut ikan yang bercecer di tepi pantai justru membawa petaka. Ombak besar bahkan lebih dari besar menggulung dan menerjang mereka dari belakang. Terhempas. Ya tubuh-tubuh mungil lemah tak berdosa terhempas menghantam kerasnya beton-beton bangunan yang dalam sekejap juga ikut hanyut terbawa ombak yang mengalirkan arus begitu derasnya ke tengah kota. Seketika laut meluas, menggarami keperihan bumi Aceh. Orang-orang panik. Banyak, mungkin terlalu banyak korban jiwa mengalir bersamaan dengan dengan air laut. Banyak anak yang kehilangan rumah, bahkan orangtua. Tak akan terpikir oleh mereka sebelumnya. Hidup sendiri tanpa siapapun.
Terlalu lemah untuk bocah lugu tak berdosa untuk hidup sendiri. Dan terlalu riskan untuk mereka hidup sebatang kara. Mental dan segala kondisi lainnya harus segera diperbaiki demi masa depan mereka. Anak-anak butuh tempat nyaman untuk mereka berbagi, bermain dan menghabisakan waktu. Teuku Abdul Razak dan Teuku Reza Idria. Beliau-beliaulah yang tanggap dan peduli pada korban terutama anak-anak. Memberikan kesempatan dan kebebasan untuk bermain dan melupakan apa yang telah terjadi.
Terlalu banyak konflik dan benih kebencian di negeri Aceh. Tidak hanya untuk Tanah Air Indonesia, tetapi kepada sesama orang Aceh. Introspeksi. Ya, mungkin itu yang harus dilakukan. Segala yang terjadi tak mungkin Tuhan tak punya alasan. Bersatulah Bumi Serambi Indonesia.
‘Bangkit Aceh’ sebuah kegiatan yang diusung oleh seniman asal Aceh, Teuku Reza Idria. Acara untuk mengajak korban gempa dan tsunami Aceh berdoa dan berdzikir pada Allah SWT. Sangat disayangkan, acara ini kurang menarik bagi para korban. Tak ada antusias. Teuku Reza Idria merasa bencana dahsyat ini masih kurang mempan untuk dijadikan pelajaran untuk introspeksi dan berubah menjadi lebih baik.

Teuku Abdul Razak, ia adalah salah satu pengasuh Dayah yang menampung anak-anak yang kehilangan keluarganya. Para pengasuh berusaha memberikan apa yang anak-anak butuhkan. Termasuk kasih sayang, hingga mereka merasa tak sendiri lagi. Mereka bermain, mengaji dan melakukan segala kegiatan lainnya dengan bebas. Sesuai apa yang mereka mau. Mereka berusaha untuk terus mengisi hari-hari mereka bersama teman-teman sebayanya. Karena ketika mereka duduk sendiri ditengah sepinya suasana, bayangan mengerikan akan gempa dan tsunami itu menyeruak kembali seolah menjadi teror yang membayangi kesunyian. Mengerikan!
PEMBACAAN FILM:
Dari film dokumenter tersebut terlihat ada beberapa hal yang ingin disampaikan kepada pemirsa, antara lain:
 Ø Bencana Dahsyat
Tayangan Aceh Lon Sayang jelas menggambarkan bagaimana dahsatnya bencana yang menerpa hingga meluluh-latakan semua yang berdiri, pohon, beton-beton bangunan kokoh, bahkan manusia dan segala yang ada dihadapannya. Air laut yang luar biasa dahsyat mampu mengoyak segalanya. Tsunami meninggalkan luka kepedihan dan kepahitan bagi korbannya. Korban yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit.
 Ø Kesakitan, Kepedihan dan Ketakutan
Pembacaan puisi di awal yang begitu menghayati dangan pengambilan gambar yang pas dapat mewakili bagaimana sakitnya, pedihnya, dan perihnya tsunami itu. Tsunami yang membuat kepanikan dan ketakutan akan kehilangan yang bersamaan dating bersama kesedihan. Bencana yang akan tetap menjadi kenangan pahit nan menyakitkan. Terutama bagi anak-anak tanpa dosa yang harus kehilangan orangtuanya.
 Ø  Porak-Poranda, Luluh Lantak
Semua berubah seketika. Beton-beton bangunan kokoh melebur bersama terjangan derasnya arus air laut. Kendaraan-kendaraan mengapung, hanyut bersama bongkahan-bongkahan kayu, sampah bahkan manusia tak bernyawa. 60 KM. Jarak yang luas. Walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan luas Aceh secara keseluruhan. Namun, keporak-porandaan ini termasuk sampai ke Ibukota, Banda Aceh. 
 Ø Kehilangan
Semua meresa kehilangan. harta, benda, bahkan nyawa sanak saudara. Banyak dari korban yang tidak ditemukan. entah sudah meninggal, atau hilang entah dimana. Kehilangan membuat anak-anak polos tanpa dosa tak tau harus berbuat apa. Terlalu berat untuk mereka hidup sendiri. Ditengah upaya menyelamatkan diripun masih ada upaya untuk mencari orang tua dan sanak saudara. Tapi apa daya mau dikata.
 Ø Kepedulian
Tak banyak orang yang mau peduli dengan kesusahan dan kesakitan yang dirasakan para korban. Mungkin terlalu rumit. Namun, tetap ada beberapa orang yang masih peduli dengan keadaan korban. Terutama bagi anak-anak yang menjadi korban, Teuku Reza Idria dan TeukuAbdul Razak, adalah dua orang dari sekian yang peduli dengan para korban. Beliau-beliau ingin membalut dan megobati luka-luka hati,jiwa dan raga yang tebuka lebar pasca terkena asinya air laut. Terganbarkan jelas betapa pedulinya beliau-beliau dengan keadaan para korban. Terutama anak-anak sebagi generasi penerus bangsa.


Inspirasi yang Didapat dari Film:

Aceh, daerah istimewa yang sempat goyah dan terkoyak karena bencana yang super dahsyat yang menewaskan ratusan ribu korban jiwa, meluluh lantakkan bangunan rata dengan tanah, bahkan hilang, hanyut terbawa arus, menumbangkan pohon-pohon. Semua berantakkan. Tapi Aceh dengan segala relawan dengan kepedulian tinggi dan tingkat kekuatan serta keinginan yang tinggi untuk kembali bangkit mewujudkannya. Aceh tidak lantas menjadi kota mati. Namun semua bergerak untuk kebangitan dan membangun kembali Aceh. Kepedihan, kesedihan dan kesakitan bukan mebjadi penghalang untuk tetap pertahan dan terus bangkit. Ya itulah Aceh. Semoga semakin bisa bersatu tanpa ada kesenjangan.

Monday 4 March 2013

Kantin Ber-Gadget

Kantin poltek, siang ini kayak biasanya, bukan mahasiswa Poltek yang menuhin buat makan siang. Tapi malah lautan biru seragam IM Telkom yang keliatan di bangku-bangku kantin. Kalo masalah ini ga tau mulainya dari kapan. Ah, sudah, lupakan! Kali ini kita bukan bahas itu. Tapi bahas orang yang gue amatin selama tadi Gue ada di kantin.
Namanya juga jam makan siang, pastilah yang namanya kantin itu penuh. Akhirnya kita (gue, Prima, Wilda sama Manda) berjibaku buat nyari tempat kosong. Nemulah kita 1 bangku kosong dipojok luar kantin Poltek. ternyata udah ada 2 cewe yang masing-masing lagi main gadget duduk disebelah bangku kita. Yang satu asik main game, yang satu ga jelas main gadget buat apa, abisnya pake anti spy sih, jadi ga keliatan (ceritanya kepo).
Kebetulah ada tugas buat ngamatin orang, yaudah, gue putusin buat amatin mereka. Mereka temen satu prodi kita. Ica sama Fanny. Tapi disini gue  cuman mau deskripsiin salah satunya doang (yang udah pernah kenal).
Namanya Anisa Azlina, panggil dia Ica. Dia temen satu prodi Gue, IKOM, cuman beda konsentrasi. Dia Marcomm, gue broadcast. Emang ga terlalu kenal sih, cuman sebatas tau. Jadi gue bakalan deskripsiin sebatas apa yang gue tau dan gue liat aja.
Ica itu seorang cewe berkulit putih pucat, rambutnya panjang direbonding, masalah tinggi badan, dia itu ga terlalu tinggi ga terlalu pendek juga,  feminim (soalnya gue liat dia lebih sering pake rok daripada celana), kalo masalah cantik apa engganya itu relatif dan terakhir dia orang Bogor (soalnyadia temennya temen gue, haha). Itu aja sih kayanya yang gue tau dari Ica. Harap maklum, ga deket juga sih (semoga ga sotoy).
Kesimpulan gue, dulu kantin itu cuman jadi tempat makan. Tapi sekarang, jadi tempat main gadget, nogkrong dan sebagainya. Entah apa aja yang mereka lakuin sama gadgetnya itu, ga bisa lebih kepoin satu-satu dari masing-masing orang yang ada di kantin. Hal yang sama kayak yang orang-orang lakuin di zaman sekarang, termasuk gue (meskipun gadget minjem). Kantin, sekarang bisa jadi tempat makan sekaligus nogkrong juga main gadget.
Sebenernya kebetulan aja ketemunya Ica ama Fanny pas di kantin, jadi akhirnya mereka yang jadi objek yang Gue amatin. Nyatanya banyak yang bisa Gue amatin dengan perilaku yang sama, berhubung tugasnya ngematin orang yang dikenal, yaudah, waktu itu adanya itu. Maaf yaa ga izin dulu J.

Sunday 3 March 2013

Mimi Rasinah, Sang Maestro Tari


Deskripsi Film:


Dari film dokumenter Selamanya Mutiara (A film by: Syaiful H. Yusuf): Mungkin inilah yang disebut kecintaan yang luar biasa, profesionalitas dan totalitas dalam mengabdi untuk terus melestarikan kebudayaan nusantara. Kecintaan dan keinginan Mimi Rsianah, seorang maestro tari dari Indramayu yang namanya telah tersohor di dalam maupun luar negeri itulah yang membuatnya gigih dan terus bertahan untuk tetap berkarya sampai akhir khayatnya.
Mimi Rasinah adalah seorang wanita yang usianya sudah tidak bisa disebut muda lagi, ya, paruh baya tepatnya. Namun, hal itu tak menghalanginya untuk terus berada diatas panggung, menari mengikuti alunan musik gemelan. Dengan gerakan-gerakannya yang memukau penontonnya. Tidak heran. Mimi Rasinah telah mulai menari sejak masih berumur 5 tahun. Ayahnya, Lastra yang juga adalah penari menjadi guru yang mengajarkannya hingga menjadi seorang penari handal.  Diusianya yang menginjak 7 tahun Mimi Rasinah mulai diajak untuk mengamen di berbagai tempat seputaran Jawa Barat.
Ayahnya pula lah yang menunjuknya untuk menjadi seorang penerus Tari Topeng, khususnya Tari Panji. Ketika usianya menginjak 9 tahun, ia harus melakukan ritual untuk bisa menjadi seorang Penari Panji dan berbagai tari topeng lainnya, Tirakat namanya. Saat itu Mimi Rasinah masih sangat muda untuk mengerti apa arti ritualnya. Disiplin tinggi selalu Lastra terapkan pada setiap latihan Mimi Rasinah. Akan ada hukuman ketika kesalahan dilakukan. Setelah dirasa menguasai semua jenis tari topeng, Mimi Rasinah diberikan warisan topeng Panji yang telah turun temurun diberikan.
Meskipun namanya telah mendunia, namun ia beserta murid-murid di sanggar tarinya tetap menerima tawaran manggung di acara-acara kecil, misalnya hajatan. Mimi Rasinah tidak pernah memilih-milih ketika ada tawaran manggung. “Seorang seniman ga boleh milih-milih” pernyataan Aerly, cucu Mimi Rasinah mempertegas. Cucu-cucu Mimi Rasinah dan anak muridnya di sanggarnya sangat terharu, terkesan dan kagum akan kegigihan Mimi Rasinah, sehingga mereka bertekad untuk juga meneruskan perjuangan Mimi Rasinah untuk melestarikan dan meneruskan sanggar tari topengnya yang tidak hanya mengajarkan tari, namun juga mengajarkan bagaimana memainkan gamelannya.

Pembacaan Film:
Dari film dokumenter tersebut terlihat ada beberapa hal yang ingin disampaikan kepada pemirsa, antara lain:
Ø  Tradisi dan Kesenian
Dalam film ini diperlihatkan sebuah tradisi dan kesenian di Indonesia yang masih dijalani seorang Mimi Rasinah sebagai penari bahkan maestro tari. Mimi rasinah beserta sanggar tarinya. Dan bahkan ia menjalankan tradisi “tirakat” sebelum ia menjadi penari topeng yang sesungguhnya, seperti sekarang.
Ø  Perjuangan
Film ini menggambarkan bagaimana Mimi Rasinah berjuang dan memperjuangkan apa yang harus Mimi Rasinah perjuangkan. Tari Topeng. Yah itu dia! Mimi Rasinah berusaha untuk mengenalkan Tari Topeng dimanapun dan kepada siapapun. Tidak memandang tampat dan kelas. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia tetap memiliki tekad untuk tetap menari. Apapun konsisinya dia akan tetap menari, usia ataupun keterbatasan fisik tidak akan mengahalangi, kecuali jika Tuhan memanggilnya.
Setiap angle pengambilan gambar memperlihatkan setiap detil perjuangan yang dilakukan dan  keindahan lekuk tariannya yang memukau yang dapat mencerminkan sebagaimana kegigihannya dalam mengabdi dan demi melaksanakan apa yang telah diturun-temurunkan padanya.
Ø  Harapan
Sekalipun tidak terungkap dan diungkapkan, namun tersirat harapan bahwa Mimi Rasinah ingin Tari Panji dan tarian tradisional beserta permainan gamelannya tetap ada dan tetap lestari. Hal ini terbukti dengan segala perjuangannya yang tidak pernah lelah dan tidak pernah berhenti hingga Mimi Rasinah meninggal. Salah satu harapan yang diungkapkannya adalah keinginan untuk naik haji. Digambarkan dengan scene Mimi Rasinah yang sedang solat, hingga terlihat sisi religiusnya.
Ø  Inspirasi
Sangat terlihat bahwa film Selamanya Mutiara ini ingin menyampaikan, memberikan dan mendatangkan inspirasi kepada pemirsanya. Film ini dikemas secara apik namun tetap sederhana, sehingga pemirsa dapat maksud yang disampaikan.

Inspirasi yang Didapat dari Film:
Mimi Rasinah memberikan inspirasi kepada kita semua, terutama para generasi muda penerus bangsa agar memiliki hasrat atau keinginan untuk mempelajari dan selanjutnya melestarikan kebudayaan dan atau kesenian yang kita miliki sebagai warisan leluhur. Setidaknya hal ini dapat meminimalisir pengakuan oleh negara lain terhadap kebudayaan dan kesenian yang kita miliki. Dapat kita lihat betapa gigih dan cintanya Mimi Rasinah hingga ia memutuskan untuk menjadi penari sampai akhir khayatnya. Mimi Rasinah juga menaruh sebuah harapan melalui tariannya, ia berharap dapat melaksanakan rukun Islam yang terakhir, pergi Haji, sungguh harapan yang sangat mulia.
Kini, Aerly, cucu perempuannya yang meneruskan sanggar tarinya beserta berbagai tariannya. Aerly dapat menjadi contoh bagi para generasi muda. Ia mau mengabdi untuk meneruskan apa yang telah diperjuangkan neneknya.